Rilis

Sambungkan Asa hingga Pelosok Indonesia dengan Kurban Pedalaman

kurban pedalaman

Insan Bumi Mandiri bercita-cita untuk memberdayakan masyarakat yang memiliki keterbatasan akses di wilayah-wilayah terpencil dan pedalaman di Indonesia. Sejak tahun 2016, IBM telah memberikan layanan program bagi 12.500 warga pedalaman. Wilayah pelaksanaan program ini tersebar di 10 Provinsi, 22 Kabupaten/Kota, 53 Kecamatan, dan 103 Desa, yang melingkupi Papua, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Sumatera.

Motivasi yang sama, IBM jadikan landasan untuk pelaksanaan program Kurban di Pedalaman. Minimnya jumlah
pequrban serta masih rendahnya tingkat konsumsi daging pada masyarakat wilayah terpencil dan pedalaman di Indonesia, menjadikan Qurban sebagai program strategis untuk menanggulangi fakta dan isu sosial kemasyarakatan ini.

Makan Daging untuk Kurban

“Sebelum ada program Kurban di Pedalaman, jangankan makan daging qurban, yang qurban saja di sini sedikit sekali…” jelas Ustadz Mubarak, yang menjadi pendamping program IBM di Kab. Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT). Tidak hanya berhenti di situ, rendahnya pengetahuan serta sumber daya para peternak lokal di NTT pun menjadi isu
pemberdayaan yang menjadi sorotan IBM. “Peternak lokal di sini biasanya memiliki dua atau tiga kambing saja. Itu pun diurus seadanya. Jadi mereka belum memiliki orientasi ternak produktif” papar Ustadz Mubarak.

“Oleh karena itulah, program Qurban di Pedalaman hadir untuk menjadi solusi atas permasalahan sosial ekonomi masyarakat yang menjadi keumuman kondisi di wilayah-wilayah terpencil dan pedalaman di Indonesia,” terang Ridwan Hilmi, Direktur IBM.

“Partisipasi dan dukungan dari masyarakat di wilayah perkotaan dalam program Qurban di Pedalaman, telah dan akan menjadi solusi konkrit untuk memberikan dampak pemberdayaan bagi masyarakat di pelosok dan pedalaman Indonesia.  Tahun 2017, IBM menghimpun 769 kambing Qurban dari masyarakat – yang mengalami kenaikan hingga 400% sejak 2016 lalu,” terang Ridwan.

“Hal yang utama adalah bahwa meningkatnya kepercayaan masyarakat kepada IBM untuk program Qurban di Pedalaman, telah bisa memberdayakan lebih dari 200 peternak lokal yang memelihara kambingnya secara tradisional. Selain itu ribuan warga di lebih dari 80 wilayah terpencil dan pedalaman bisa merasakan berkahnya Qurban di tahun 2017. Mereka secara swadaya turut menyembelih hewan, mengurus boning dan pemotongan daging, hingga menyantap daging bersama dalam prosesi ‘Makan Besar’ sebagai bagian kebiasaan warga lokal di sana,” papar Ridwan lebih lanjut.

Indikasi tumbuhnya minat para pequrban terhadap program Kurban di Pedalaman, mendorong IBM untuk mengejar target himpunan hewan Qurban di tahun 2018 menjadi 2.000 kambing serta 300 sapi. “Agar kemanfaatan Qurban ini bisa dirasakan hingga ke berbagai pelosok, IBM pun menjalin kemitraan dengan jejaring masjid di kabupaten kabupaten di berbagai pedalaman Indonesia. Masyarakat dan kelembagaan lokal, jadi mitra utama kami untuk menjangkau masyarakat yang paling membutuhkan” ujar Ridwan.

Ridwan juga menyampaikan bahwa prioritas utama wilayah distribusi Qurban di Pedalaman ini adalah: Pulau Alor, Pulau Pantar, Lembata, Sikka, Waingapu Sumba dan Manggarai Barat di Nusa Tenggara Timur. Meskipun demikian, IBM menyatakan komitmennya agar distribusi Qurban tahun ini bisa menjangkau wilayah-wilayah di Sumatera (Muratara,Musirawas,Lubuklinggau), Sulawesi (Paringgi Moutong), Flores Timur, dan Papua (Wamena, Timika, Manokwari, Sorong).

IBM Sambungkan Asa hingga Pelosok Indonesia

Misi pemberdayaan masyarakat di pedalaman pun dikembangkan lebih lanjut oleh IBM di tahun 2018 ini, dengan menginisiasi pembinaan bagi para peternak di Kampung Nurdin, Kab. Alor, NTT. “Ini adalah inisiatif kami menjelang momentum Qurban tahun ini, agar masyarakat yang biasanya memiliki penghasilan tak menentu dari berkebun maupun melaut, bisa mendapatkan penghasilan tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka,” ungkap Ridwan.

Potret kondisi ekonomi masyarakat pedalaman yang rendah ini, juga disampaikan oleh Ustadz Kadir Djaibakal yang menjadi relawan lokal IBM di Pulau Pura, Alor, NTT. “Kondisi ini bukan hanya terjadi di Pulau Pura, melainkan di seluruh wilayah Alor. Kami perlu sambung tangan kepada para donatur dan masyarakat berpunya, agar mau melihat bahkan membantu secara langsung kesulitan warga kami di sini,” tegas Kadir.

“Kondisi seperti di daerah asal Ustadz Kadir ini, menjadi motivasi bagi kami di IBM untuk menyambungkan asa para donatur di perkotaan – agar bisa menyampaikan niat baik dan donasi mereka melalui berbagai program di pedalaman.
Program-program kesehatan, pendidikan, pemberdayaan ekonomi, dan pembangunan di
pedalaman, menjadi wujud nyata para donatur dan kami di IBM untuk memperbaiki
akses dan kondisi masyarakat di pedalaman,” jelas Ridwan.