Ramadhan

Niat, Asal Usul dan Keutamaan Puasa Syawal yang Perlu Diketahui

niat puasa syawal

Beberapa hari lalu, tepatnya di Hari Raya Idul Fitri kita sama-sama merayakan hari kemenangan setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Menahan diri dari segala yang dapat membatalkan puasa serta menjauhkan diri dari berbagai hal yang bisa mengurangi pahala puasa. 

Bisa dibilang Ramadhan tahun ini menjadi salah satu bulan yang berkesan, karena ada begitu banyak peluang kebaikan yang bisa kita tanam. Selain itu, jika tahun sebelumnya kita masih belum sempat untuk menjalankan sholat tarawih secara berjamaah di masjid. Ramadhan tahun ini kerinduan untuk sholat berjamaah di masjid pun tertunaikan. Beberapa masjid mulai mengizinkan jamaah sholat di dalam. Tentunya, tak lupa selalu menjaga protokol kesehatan.

Memasuki Bulan Syawal, bukan berarti kita bisa bebas melaksanakan semua tuntutan nafsu. Di bulan ini, banyak juga ibadah yang dianjurkan untuk dilaksanakan. Salah satunya puasa selama 6 hari di Bulan Syawal. Berikut ulasannya

Kenapa sih ada puasa syawal?

Menarik untuk dibahas, sebelum mengetahui lebih banyak mengenai keutamaan dari puasa syawal. Ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu mengenai asal usul dan sejarah dari puasa Syawal ini. 

Seperti diketahui Syawal merupakan bulan ke-10 dalam penanggalan kalender hijriyah. Salah satu hari yang penting di bulan ini adalah Hari Raya Idul Fitri. Secara bahasa, Syawal berasal dari kata Syala yang  berarti naik atau meninggi (irtafa’a). Pada bulan ini,  kedudukan dan derajat kaum Muslimin meninggi di mata  Allah SWT, karena telah menunaikan ibadah shaum selama sebulan penuh pada bulan Ramadhan.

Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW:

”Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan tulus karena Allah, maka dosa-dosanya akan diampuni oleh Allah.”

Di bulan ini juga umat muslim secara moral dan spiritual harus mampu mempertahankan dan meningkatkan keimanan nya. Setelah menempuh ujian selama satu bulan, umat Muslim diharapkan bisa mempertahankan ibadah yang telah dilakukan pada Ramadhan hingga datang Ramadhan berikutnya. Syawal juga bermakna  sebagai bulan peningkatan ibadah dan amal saleh.

Pada bulan ini pula tertoreh sejarah penting dalam kehidupan Rasulullah SAW serta peradaban Islam. Menurut Ibnu Manzur dalam Lisan al-Arab, Nabi Muhammad SAW mempersunting Siti Aisyah RA, putri Abu Bakar RA, pada bulan Syawal juga. Keduanya memulai hidup bersama pada bulan Syawal.

Sejarah peradaban Islam juga mencatat pada tanggal 17 Syawal, umat muslim di zaman Rasulullah SAW terlibat dalam Perang Uhud. Pada pertempuran itu, umat Islam mendapatkan pelajaran penting seteleh mengalami kekalahan.

Allah SWT berfirman dan surat Ali Imran ayat 165:

”Dan mengapa kamu  (heran) ketika ditimpa musibah (kekalahan Perang Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat (kepada musuh-musuhmu pada Perang Badar), kamu berkata, “Dari mana datangnya (kekalahan) ini?” Katakanlah, “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri”. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”

Di bulan ini juga, seorang ahli hadis terkemuka bernama Muhammad Al-Bukhari lahir. Tepatnya di Bukhara, Uzbekistan, Asia Tengah pada 13 Syawal 194 H. Menurut Ibnu Hajar Al Asqalani, Imam Al-Bukhari berhasil menuliskan sebanyak 9.082 hadis dalam karya monumentalnya bertajuk Al-Jami’al-Shahil yang dikenal sebagai Sahih Bukhari.

Baca Juga: Tata Cara Membayar Fidyah untuk Membayar Hutang Puasa di Bulan Ramadhan

Keutamaan Puasa 6 Hari di Bulan Syawal

Salah satu ibadah yang dianjurkan (disunnahkan) untuk diamalkan di bulan syawal adalah puasa Syawal. Puasa ini dilakukan setelah seorang muslim menjalani ibadah puasa bulan Ramadhan dan memiliki keutamaan yang sangat istimewa.  

Sebagaimana halnya bulan-bulan lain pada kelender hijriyah,  Bulan syawal juga memiliki keistimewaan tersendiri. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Ayyub RA, Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa berpuasa Ramadhan dan meneruskannya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, berarti dia telah berpuasa satu tahun.” (HR Imam Muslim dan Abu Dawud).

Dikarenakan puasa Syawal dilakukan setelah perayaan Hari Raya Idul Fitri, sehingga tidak diperbolehkan dilakukan pada saat Hari Raya karena hukumnya adalah haram. Hal ini berdasarkan larangan Rasulullah SAW yang diriwayatkan dari Umar bin Khattab, beliau berkata, “Ini adalah dua hari raya yang Rosululloh melarang berpuasa di hari tersebut: Hari raya Idul Fitri setelah kalian berpuasa dan hari lainnya tatkala kalian makan daging kurban kalian (Idul Adha).”

Apakah Puasa Syawal Harus Dilakukan Secara Beturut-turut?

Imam Nawawi Rohimahullah pun menjawab perihal pertanyaan tersebut. Dalam Syarh Shohih Muslim 8/328: “Afdholnya adalah berpuasa selama enam hari berturut-turut langsung setelah Idul Fitri. Namun, jika ada orang yang berpuasa syawal secara tidak berturut-turut atau juga berpuasa di akhirnya bulan, maka dia masih mendapatkan keutamaan puasa syawal.”

Sehingga boleh berpuasa secara berturut-turut dan juga boleh tidak, baik dilakukan di awal, ditengah maupun di akhir bulan syawal. Sekalipun yang lebih utama adalah bersegera untuk melakukannya berdasarkan dalil-dalil yang berisi tentang anjuran bersegera dalam beramal soleh. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah ayat 48 yang artinya :

“Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. 

Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Jika Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.” QS Al-Maidah:48

Akan tetapi, jika Anda masih memiliki hutang puasa qodho, maka mengutamakannya lebih baik. Sebagaimana Ibnu Rojab sampaikan dalam Lathiful Ma’arif

“Barangsiapa yang mempunyai tanggungan puasa Ramadhan, hendaklah ia mendahulukan qodho’nya terlebih dahulu karena hal tersebut lebih melepaskan dirinya dari beban kewajiban dan hal itu (qodho’) lebih baik daripada puasa sunnah Syawal”

Baca Juga: 10 Manfaat Puasa Senin & Kamis

Lalu, Bagaimana dengan Niatnya?

Seperti halnya puasa sunah lainnya. Pertama-tama adalah diniatkan iklash menjalankan puasa Syawal karena untuk mengharap ridha dari Allah SWT. Sahabat juga bisa membaca do’a berikut:

Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i sunnatis Syawwali lillahi ta‘ala.

Artinya: “ Aku berniat puasa sunnahSyaawal esok hari karena Allah SWT”

Selain berpuasa di bulan Syawal ini. Anda juga bisa mengamalkan ibadah-ibadah lain yang biasanya dilakukan pada saat bulan Ramadhan. Seperti Tahajud, Membaca Alquran dan juga bersedekah.

InsyaAllah pintu kebaikan akan selalu terbuka. Terutama bagi mereka yang senantiasa menjemput kesempatan untuk beramal shaleh demi mempersiapkan bekal untuk di Akhirat kelak.

Sahabat bisa memulainya dengan mengujungi laman berikut ini 

bantu-saudara-membutuhkan-di-pedalaman