NTT Pendidikan

Kondisi Pendidikan di Pedalaman NTT yang Masih Tertinggal

pendidikan pedalaman ntt

Pendidikan merupakan salah satu cara untuk membangun masyarakat yang cerdas dan masa depan yang lebih sejahtera. Setiap anak seharusnya memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak agar mereka bisa memiliki masa depan dan meraih cita-cita mereka. 

Pendidikan yang merata akan mendukung tujuan pendidikan nasional untuk mencetak sumber daya manusia yang cerdas, berkepribadian dan berkarakter baik, serta kreatif sehingga mereka akan tumbuh menjadi warga negara dengan tanggung jawab yang baik Semua itu hanya bisa terwujud apabila proses belajar mampu menjadi tempat yang tepat untuk para peserta didik menempa minat bakatnya.

Namun sayangnya akses pendidikan yang layak masih belum bisa dirasakan oleh semua anak, khususnya anak-anak yang tinggal di wilayah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal), salah satunya di pedalaman Nusa Tenggara Timur. Akses pendidikan di pedalaman nampak masih tidak merata dan tertinggal jauh dengan pendidikan di kota-kota besar. 

Berdasarkan data dari badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur, minimnya akses pendidikan di pedalaman membuat pelajar sebanyak 28,65% pelajar NTT tidak bisa mengenyam pendidikan. Adapun capaian hasil pembelajaran dari pelajar NTT secara konsisten berada dalam rata rata rendah pada Ujian Nasional dari tahun ke tahun.

Mengapa pendidikan di pedalaman NTT bisa sangat  tertinggal dan apa yang bisa kita lakukan untuk mengubahnya? Berikut penjelasannya! 

Kondisi Pendidikan di Pedalaman NTT 

1.Tingkat Ekonomi yang Rendah 

Salah satu faktor rendahnya pendidikan di pedalaman yaitu dikarenakan tingkat ekonomi yang rendah. Menurut Data Badan Pusat Statistik (BPS) per September 2020, tingkat kemiskinan Indonesia di kota adalah sebesar 7,88 persen, sedangkan di desa mencapai 13,20 persen. 

Tingkat ekonomi yang rendah ini membuat masyarakat di pedalaman juga tak bisa mengenyam akses pendidikan. Menyekolahkan anak bagi mayoritas penduduk di desa-desa kecil sama dengan mengorbankan uangnya untuk membeli seragam, memberi anak bekal jajan, menyediakan buku, transportasi, dan masih banyak hal lain yang perlu dikeluarkan untuk sekolah. 

Maka biasanya, mereka akan memilih untuk meminta anak-anaknya agar cepat bekerja saja dari pada sekolah. Kondisi ini seringkali terjadi pada keluarga dengan latar belakang pendidikan serta ekonomi yang rendah.

2.Akses Lokasi yang Sulit Dijangkau 

Pendidikan di pedalaman NTT juga seringkali terkendala karena akses lokasi menuju fasilitas pendidikan yang sulit dijangkau. Selain itu, jumlah sekolah di pedalaman juga masih sangat sedikit ddibandingkan dengan di kota. 

Tak seperti anak-anak di kota yang bisa menjangkau sekolah dengan mudah baik dengan berjalan kaki ataupun menggunakan transportasi publik, anak-anak di pedalaman NTT harus menempuh jarak yang jauh untuk bisa sampai di sekolah. 

Contoh nyatanya adalah para siswa di SDN Lebantour, Desa Koja Doi, Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur yang harus menyebrang laut dan menggunakan perahu untuk bisa sampai ke sekolah mereka yang berada di sebrang pulau. 

Baca juga : Wajib Tahu! 3 Pahlawan Nasional yang Berasal dari NTT

3.Kurangnya Tenaga Pengajar di Pedalaman 

Tertinggalnya pendidikan di pedalaman NTT juga disebabkan karena kurangnya tenaga pengajar yang tersedia di daerah tersebut. Tak hanya dari segi kuantitas, namun juga dari kualitas tenaga pengajar yang tersedia di pedalaman. 

Data UNESCO dalam Global Education Monitoring (GEM) 2016 menyebutkan bahwa kualitas guru di Indonesia menempati peringkat ke-14 dari 14 negara berkembang di dunia. Dari 3,9 juta guru, terdapat 25% guru yang belum memenuhi syarat kualifikasi akademik dan 52% diantaranya belum memiliki sertifikat profesi.

Di pedalaman, seringkali satu orang guru juga harus mengajar beberapa kelas sekaligus. Kondisi ini tentunya membuat proses belajar mengajar menjadi tidak maksimal. Ditambah lagi para guru ini juga tak mendapat fasilitas yang memadai untuk mengajar. Salah satunya seperti Pak Ahmad Haris, guru di pedalaman NTT yang harus menyebrang sungai setiap hari agar bisa sampai di sekolah tempat beliau mengajar. 

4.Fasilitas Pendidikan yang Tak Memadai 

Fasilitas pendidikan yang masih belum memadai juga menjadi faktor tertinggalnya pendidikan di pedalaman NTT, salah satunya akses internet Tak hanya siswa, guru juga mengalami kesulitan ketika diharuskan untuk mengajar dengan memaksimalkan teknologi digital. 

Berdasarkan   data   Asosiasi   Penyelenggara   Jasa   Internet   Indonesia   (APJI1), terdapat 45% masyarakat Indonesia yakni kira-kira sebanyak 117 juta masyarakat masih belum tersentuh internet, terutama di daerah pedalaman. 

Saat proses belajar mengajar mengharuskan para siswa dan guru mengandalkan akses internet, para pelajar di pedalaman NTT pun mengalami kendala sehingga proses pembelajaran tidak bisa berjalan dengan maksimal. 

Itulah beberapa faktor yang menyebabkan tertinggalnya pendidikan di pedalaman NTT dengan pendidikan di kota-kota besar. Hal ini seharusnya menjadi kepedulian kita bersama karena anak-anak di pedalaman NTT juga berhak atas akses pendidikan yang layak. 

Bersama Insan Bumi Mandiri, mari ikut berkontribussi untuk membantu pendidikan di pedalaman agar bisa lebih baik lagi. Klik di sini untuk membantu anak-anak pedalaman NTT bisa meraih cita-cita dan masa depan mereka. 

Baca juga : 10 Kegiatan di Taman Pendidikan Al-Quran

Sumber artikel : 
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2022/01/24/hari-pendidikan-internasional-bagaimana-tingkat-pendidikan-di-indonesia-saat-ini
https://www.ruangguru.com/blog/fakta-kualitas-guru-di-indonesia-yang-perlu-anda-ketahui
https://www.kominfo.go.id/content/detail/13518/belum-tersentuh-meski-tak-terpencil/0/sorotan_media
https://www.republika.co.id/berita/qok6cr370/bps-kesenjangan-kemiskinan-kota-dan-desa-masih-tinggi