Kisah Pedalaman

6 Kendala Membangun Masjid di Pedalaman NTT

Masjid merupakan tempat ibadah dan menjadi pusat kegiatan umat Islam. Sebagai pusat kegiatan umat Islam, harusnya masjid menjadi tempat yang paling nyaman dengan fasilitas yang lengkap. Namun, di pedalaman Nusa Tenggara Timur (NTT) banyak ditemui masjid yang tidak mempunyai fasilitas layak.

Masjid di sana sudah tidak bisa menampung jemaah, dinding dari kayu yang telah lapuk, dan atap bocor. Bahkan ada beberapa daerah yang tidak ada masjid sama sekali.

Segala upaya pun dilakukan warga pedalaman NTT supaya dapat merenovasi atau membangun masjid pertama mereka. Namun, banyak kendala yang dialami oleh mereka. Berikut adalah kendala-kendala warga pedalaman NTT dalam membangun masjid.

1. Kondisi Perekonomian Warga Tidak Mencukupi

Rata-rata, pekerjaan di pedalaman NTT adalah nelayan dan petani. Mereka berswadaya mengumpulkan uang sedikit demi sedikit untuk bisa membangun masjid.

Contohnya warga Kampung Baru, Desa Bari, NTT yang hanya bisa berswadaya sampai tahap pengecoran tiang masjid saja. Karena keterbatasan dana, pembangunan pun terpaksa terhenti hingga tiang-tiang masjid jadi terbengkalai.

2. Lokasi Sulit untuk Dijangkau

bahan bangunan untuk masjid

Di Pulau Longos dan Pura, NTT tidak ada material bangunan yang tersedia. Material hanya tersedia di kota. Pengadaan material harus diangkut menggunakan perahu yang hanya tersedia pagi atau sore. Bahkan warga pun kadang ikut menggunakan perahu nelayan untuk mengangkut material bangunan. Sesampainya di dermaga, warga harus mengangkat bahan material tersebut menuju ke lokasi pembangunan. Karena kendaraan bermotor tidak dapat mengaksesnya.

Jika ada kendaraan yang bisa mengangkut material, warga harus mengeluarkan biaya lebih banyak karena jaraknya jauh. Bahkan ada beberapa material yang tidak tersedia di kota. Warga pun terpaksa memesan material dari Pulau Jawa dengan harga yang jauh lebih mahal.

Di wilayah Dusun Tulun, NTT jika pembangunan masjid dilakukan pada musim hujan, warga harus berhati-hati saat mengantarkan material. Karena saat musim hujan, jalan yang menghubungkan antar dusun bisa putus akibat derasnya air sungai. Akses jalanan yang terbuat dari tanah pun menjadi licin sehingga menyulitkan truk untuk melalui jalan tersebut.

3. Cuaca Ekstrem

Cuaca pun menjadi faktor yang menghambat pembangunan masjid di pedalaman NTT. Angin kencang pernah melanda daerah Desa Golo Sepang, Harekakae, dan Kampung Mangge saat pembangunan masjid. Di Desa Golo Sepang dan Kampung Mangge, angin kencang menerbangkan atap masjid yang telah dibangun. Lain halnya di Desa Harekakae, angin kencang bahkan merobohkan dinding masjid.

Untungnya, kecelakaan yang terjadi tidak menimbulkan korban luka atau jiwa. Walaupun harus mengulangi tahap, warga tetap semangat untuk menyelesaikan pembangunan masjid.

4. Kesulitan Pasokan Air

Pada umumnya, musim hujan akan menghambat proses pembangunan masjid. Namun, bagi warga Kampung Harekakae, musim hujan merupakan waktu yang tepat untuk pembangunan masjid. Jika terpaksa membangun masjid pada musim kemarau, mereka harus membeli air dari pasar air.

5. Waktu Panen

Jika telah masuk musim panen, warga harus membagi kegiatan mereka antara memanen dengan membangun masjid. Bahkan ada warga yang sama sekali tidak melakukan pembangunan masjid, agar bisa fokus memanen di ladang. Jika memanen telah selesai, barulah warga kembali melakukan pembangunan masjid.

6. Tidak Adanya Tenaga Kerja

Di wilayah Harekakae dan Taenoe, NTT tidak ada warga yang mampu untuk membangun masjid. Sehingga warga harus mendatangkan pekerja dari Pulau Jawa. Warga sekitar hanya bisa membantu sebisa mereka.

Sahabat, banyak kendala yang dihadapi saudara-saudara kita di pedalaman NTT untuk membangun masjid. Bersyukurlah jika di wilayah kita masih ada masjid. Makmurkan masjid yaa Sahabat!

Sahabat bisa membantu warga pedalaman NTT untuk membangun masjid dengan cara klik di sini.