Kurban

Sejarah Kurban dan Makna Idul Adha

sejarah kurban

Idul Adha merupakan salah satu hari raya umat Islam yang ditunggu-tunggu kehadirannya. Sama seperti momen penting lainnya, Idul Adha juga memiliki latar belakangnya sendiri. Inilah sejarah kurban yang dipaparkan secara singkat.

Sejarah kurban berawal dari kisah Nabi Ibrahim a.s. dan putranya, yaitu Nabi Ismail a.s. di mana sang ayah akan menyembelih anaknya. Kisah pengorbanan dan ketaatan tersebut menjadi titik awal sunah muakad menyembelih kurban di Idul Adha yang juga dicontohkan oleh Rasulullah saw.

Itulah cerita singkat Nabi Ibrahim dan Ismail tentang kurban yang banyak diketahui oleh muslim seluruh dunia. Namun, masih ada cerita lain yang melengkapi asal mula muslim berkurban.

Sejarah Kurban dan Kisah Nabi Ibrahim


Dahulu diceritakan bahwa Nabi Ibrahim as. belum memiliki buah hati hingga masa tuanya tiba. Lantaran ingin sekali menimang anak, beliau lantas berdoa kepada Allah Ta’ala agar diberikan keturunan.
Allah Swt. kemudian mengabulkan doa Nabi Ibrahim as. dan lahirlah Nabi Ismail as. dari istrinya yang bernama Hajar.

sejarah kurban dan makna Idul Adha
Sejarah kurban dan makna Idul Adha.

Sang ayah kemudian membawa istri dan anaknya yang masih bayi ke Makkah. Saat itu, tak ada seorang pun yang menghuni kota tersebut. Hingga kebutuhan pokok sulit didapatkan. Bahkan, air pun tidak tersedia.
Nabi Ibrahim as. kemudian meninggalkan anak istrinya di Makkah dengan meninggalkan bekal berupa kurma dan bejana kulit berisi air. Setelah itu, beliau pergi dengan tidak mengatakan apa pun kepada sang istri.

Sang istri yang penasaran kemudian bertanya hendak ke mana suaminya tersebut pergi. Siti Hajar yang mulanya cemas, akhirnya lega karena Allah Swt. yang menyuruh Ibrahim as. untuk pergi. Hajar kemudian menyusui Ismail dan meminum air yang telah ditinggalkan oleh suaminya.

Namun, lama berselang persediaan air yang dimiliki Hajar pun habis. Rasa haus yang dirasakan baik oleh Hajar dan Ismail membuatnya menangis dan merengek. Karena tidak tega, Siti Hajar beranjak dari Makkah dan berjalan hingga ia menemukan sebuah bukit bernama Shafa.

Setelah melihat-lihat sekeliling dan tidak ada satu orang pun, ia kemudian turun kembali dan sampailah di lembah kemudian melanjutkan langkah ke bukit Marwah. Akan tetapi, di sana pun tidak ada orang sama sekali yang dapat ia mintai pertolongan.

Berlari di Bukit Shafa dan Marwah

Dalam sejarah kurban diceritakan bahwa Hajar kemudian berlari-lari menuju ke bukit Shafa dan Marwah bolak-balik sebanyak tujuh kali hingga ia mendengar suara. Usai mencari sumber suara tersebut, Siti Hajar menyadari asal suara tersebut adalah dari malaikat yang berada di dekat sumber mata air Zamzam.

Malaikat yang mengais permukaan tanah hingga memancarlah air dari sana. Hajar kemudian mengambil air dengan kedua tangannya, mengambilnya lagi, dan air semakin bertambah deras. “Zam-zam,” ujar Hajar yang berarti kumpul. Hajar pun bisa minum dan menyusui anaknya kembali.

Demikianlah Hajar hidup bersama Ismail, hingga suatu ketika rombongan dari kalangan Bani Jurhum melalui jalan tempat mereka berada. Nabi Ismail as. pun tumbuh dewasa di tengah permukiman Bani Jumhur. Sampai pada akhirnya, tiba hari di mana Ibrahim as. datang menemuinya.

Ketika itu, Ibrahim merasa resah karena ia telah bermimpi untuk menyembelih anak yang selama ini ia nantikan kehadirannya. Terlebih itu bukanlah sekadar mimpi, melainkan perintah dari Allah Swt.

Namun, Ismail yang penyabar justru menenangkan ayahnya. Ia ikhlas dan tawakal atas segala ketentuan Rabb-nya. Kejadian ini tertuang dalam Alquran surah Ash-Shaffat ayat 102.

Kesabaran dan ketaatan Ismail pun diabadikan di dalam Alquran surat Maryam ayat 54.

Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Alquran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi.”

Allah Swt. juga berfirman dalam Alquran, yang berbunyi:

Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS Ash-Shafaat: 104:107)

Nabi Ibrahim as. diuji Allah Ta’ala dengan perintah untuk menyembelih sang putra tercinta. Ayah dan anak tersebut pun sangat teguh, taat, dan sabar. Allah kemudian menggantikan Nabi Ismail as. dengan domba jantan yang berasal dari surga.

Itulah sejarah ibadah kurban yang berawal dari kisah Nabi Ibrahim dan Ismail a.s. Dari sinilah, kemudian berkurban menjadi ibadah sunah bagi umat Islam.

Baca Juga : Pengertian Kurban dalam Islam

Memaknai Idul Adha

Setelah mengetahui bagaimana sejarah kurban, kira-kira apakah Anda tahu makna di balik itu semua? Sebenarnya, ada banyak pelajaran penting yang bisa diambil.

Pertama adalah memberikan pengorbanan. Seperti sejarah kurban yang telah dijelaskan sebelumnya, Nabi Ibrahim a.s. rela mengorbankan anaknya atas perintah Allah. Idul Adha mengajarkan umat Islam untuk bisa berkorban atas semua hal yang dilakukannya.

Selain itu, hari raya ini juga mengajarkan keikhlasan atas cobaan. Dengan begitu, seberat apa pun ujian yang diberikan Allah, Anda bisa mendapatkan hikmahnya.

Dari latar belakang terjadinya ibadah kurban yang dikisahkan dari cerita Nabi Ibrahim dan Ismail as., umat Islam diajarkan untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Pada hari raya Idul Adha, biasanya terdapat tradisi mengunjungi kerabat atau saudara. Tak hanya itu, interaksi dengan tetangga juga termasuk yang harus dijaga. Tradisi yang juga termasuk dalam muamalah ini menekankan bahwa Anda wajib menjaga tali silaturahmi dan tidak memutus persaudaraan.

Dari kisah sejarah kurban dan melaksanakan ibadahnya, Anda kemudian disadarkan bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini adalah milik Allah Swt. Harta benda yang dimiliki manusia tidaklah abadi lantaran semuanya hanyalah titipan.

Setelah mengetahui betapa baik makna dari Idul Adha. tentu kita akan lebih bisa makin menguatkan diri untuk dapat menjalankan kurban dan bersedekah kepada mereka yang membutuhkan.

Jika benar-benar sudah mampu dan ikhlas berkurban, Anda bisa berkurban melalui Insan Bumi Mandiri. Lembaga ini dapat dipercaya untuk menyalurkan hewan kurban ke sasaran yang tepat di daerah pedalaman Indonesia.

Demikian penjelasan mengenai sejarah kurban berserta maknanya. Semoga setelah membacanya, wawasan Anda dapat bertambah dan bisa memetik pelajaran penting di dalamnya.

Sahabat bisa melihat keseruan kurban di pedalaman tahun ini di sini.