Bukan hanya ungkapan, memang benar adanya hidup di dunia adalah perjalanan yang sifatnya sementara. Maksudnya, dunia ini hanyalah salah satu tempat persinggahan. Hal tersebut terlihat jelas saat banyak teman maupun kerabat kita yang akhir-akhir ini harus tutup usia karena sudah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa.
Kenyataan memperlihatkan pada dasarnya kematian bukanlah akhir dari kehidupan, melainkan merupakan jembatan dari kehidupan yang abadi. Kematian pada awalnya memang membawa kesedihan pada orang-orang yang ditinggalkan, tapi jika mereka memahaminya justru kesedihan tersebut tidak akan terlalu berlarut-larut.
Filosofi Kematian
Pernahkah Anda menaiki sebuah kereta? Bukankah hidup ini seperti demikian? Beberapa orang datang dan pergi silih berganti, seperti penumpang kereta yang turun di stasiunnya masing-masing karena sudah menemukan tempat persinggahannya maupun tujuan hidupnya. Begitupun dengan kita yang suatu saat akan berhenti juga dan keluar dari kereta kehidupan ini.
Tentunya, dalam perjalanan tersebut seseorang membutuhkan sebuah petunjuk agar tidak salah dalam memilih tujuan hidup dan juga tidak salah dalam proses untuk mencapai tujuan tersebut. Petunjuk tersebut adalah Alquran.
Baca Juga: Keutamaan Sedekah Menurut Alquran dan Hadist
Ayat Tentang Kematian dalam Alquran
Kematian itu nyata, setiap yang bernyawa pasti akan menemui ajalnya. Dalam agama Islam juga sudah ditegaskan bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati. Sebagaimana dijelaskan di dalam Alquran Surat Al-Anbiya Ayat 34-35:
وَمَا جَعَلۡنَا لِبَشَرٍ مِّنۡ قَبۡلِكَ الۡخُـلۡدَ ؕ اَفَا۟ٮِٕن مِّتَّ فَهُمُ الۡخٰـلِدُوۡنَ
Wa maa ja’alnaa libasharim min qablikal khuld; afaimmitta fahumul khaaliduun
Artinya: “Dan Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia sebelum engkau (Muhammad); maka jika engkau wafat, apakah mereka akan kekal?”
كُلُّ نَفۡسٍ ذَآٮِٕقَةُ الۡمَوۡتِؕ وَنَبۡلُوۡكُمۡ بِالشَّرِّ وَالۡخَيۡرِ فِتۡنَةً ؕ وَاِلَيۡنَا تُرۡجَعُوۡنَ
Kullu nafsin zaaa’iqatul mawt; wa nabluukum bishsharri walkhairi fitnatanw wa ilainaa turja’uun
Artinya: “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami.”
Kematian merupakan suatu hal yang pasti akan terjadi dan pasti akan dihadapi oleh semua makhluk hidup di dunia, tak terkecuali manusia juga. Jika sudah digariskan waktunya, kapanpun dan dimanapun akan tetap datang.
Baca Juga: Keutamaan Shalat Tahajud dan Kaitannya dengan Alam Bawah Sadar
Saat mencari di internet tentu akan ada begitu banyak artikel yang membahas mengenai 100 hari tanda-tanda kematian. Akan tetapi, ternyata tidak ada hadist maupun ayat dalam Alquran yang menegaskan mengenai 100 tanda-tanda kematian tersebut.
Tanda – Tanda Kematian
Pada saat 100 hari menjelang kematian, seseorang biasanya akan menunjukan sebuah tanda-tanda yang lazimnya setelah memasuki waktu Ashar. Diceritakan bahwa orang yang sedang dalam masa ini akan merasakan seluruh tubuhnya menggigil dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Akan tetapi, tanda-tanda kematian ini akan akan terasa nikmat dirasakan bagi mereka yang tingkat keimanannya sudah tinggi, mereka langsung dapat menerima bahwa hal tersebut merupakan isyarat dari Allah SWT bahwa ajal mereka sudah dekat. Namun, bagi mereka yang kadar keimanannya rendah, terkadang mereka bingung dan bahkan ada yang tak sadar bahwa ini merupakan isyarat kematian dari Allah SWT.
Saat 40 hari menjelang kematian ketika waktu Asar tiba, pada bagian pusat tubuh kita akan berdenyut. Hal tersebut menjadi pertanda bahwa daun yang tertulis nama kita dari pohon yang terletak di Arsy Allah SWT telah gugur.
Malaikat maut pun akan mengambil daun tersebut lalu segera melakukan persiapan, di antaranya adalah mengawasi kegiatan kita setiap saat. Setelah itu, sesekali malaikat maut akan menampakkan dirinya kepada orang yang akan dicabut nyawanya dengan wujud manusia. Pada saat itu, seketika orang tersebut akan terkejut saat melihat malaikat maut.
Pada 7 hari menjelang kematian, Allah SWT kemudian akan membeirkan tanda-tanya hanya pada hambanya yang diuji dengan sakit. Biasanya, orang tersebut tidak berselera makan, namun tiba-tiba ingin sekali makan. Hal tersebut merupakan isyarat dari Allah SWT bahwa kematian memang benar sudah dekat.
Kemudian saat 3 hari menjelang kematian akan terasa denyutan di tengah dahi, yaitu di antara dahi kanan dan dahi kiri. Jika tanda-tanda ini dapat dirasakan maka sebaiknya berpuasalah kita setelah itu. Agar perut kita tidak mengandung banyak najis agar dapat memudahkan orang lain untuk memandikan jasad kita.
Kehidupan Setelah Kematian
Rasulullah SAW dalam HR Ibnu Majah no. 4.258 pernah berucap, “perbanyaklah mengingat sesuatu yang memutuskan kenikmatan, yaitu kematian”. Bahkan kepada para sahabat, Nabi berpesan agar mengingat kematian ini lebih dari shalat yang dilakukan sebanyak lima kali dalam sehari.
Saat di dunia orang cenderung bebas melakukan hal apapun. Baik itu yang bersifat baik maupun buruk. Hal ini terjadi karena tidak akan ada yang menghitung dan menilai setiap perbuatan manusia tersebut saat di dunia. Berbeda dengan kehidupan setelah kematian, sekecil apapun perbuatan di dunia tetap akan ada pertanggung jawabannya.
Rasulullah SAW pernah bersabda kepada Abdullah bin Umar RA:
“Jadilah engkau di dunia ini seolah-olah seseorang yang asing, atau seorang musafir.”
Untuk menyiapkan kehidupan setelah kematian, Rasulullah SAW selalu memberikan pesan kepada para sahabat untuk tidak menyia-nyiakan waktu yang dimiliki selama di dunia serta mampu memanfaatkan sebaik-baik terutama dalam urusan agama.
Sahabat demikian sedikit pengingat tentang salah satu episode yang akan dihadapi oleh seluruh manusia di dunia ini. Semoga kita senantiasa dapat selalu mengingat kematian serta mempersiapkannya dengan sebaik mungkin sebelum waktu yang sudah digariskan tersebut tiba.