Tercatat total populasi warga miskin di Indonesia mencapai 26,42 juta jiwa hingga Maret 2020. Menurut data BPS, ada penambahan 1,63 juta jiwa dari September 2019. Penyebab kemiskinan yang meningkat drastis, salah satunya akibat pandemi yang melanda sejak awal 2020.
Lembaga riset SMERU Research Institute sebelumnya telah memprediksi peningkatan kemiskinan akibat pandemi bakal mencapai 1,3 juta jiwa. Namun berdasarkan catatan BPS, angkanya justru malah lebih tinggi
Tingkat Kemiskinan di Indonesia
Daftar Isi
Sebelum terdampak pandemi, Indonesia sebenarnya cukup berhasil menekan rasio tingkat kemiskinan. Selama lima belas tahun sejak tahun awal milenium, penurunan angka kemiskinan mencapai 2,1 persen dari periode sebelumnya 11,8 persen.
Lantas apa penyebab rasio tingkat kemiskinan bisa menurun?
Pengukuran rasio kemiskinan oleh Bank Dunia tersebut dibuat berdasarkan standar minimal kemampuan belanja setiap individu dalam sebuah rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dengan kata lain, seseorang masuk dalam kriteria kemiskinan apabila pengeluaran atau pendapatannya tidak sampai Rp13 ribu per hari.
Tak bisa dimungkiri, pemerintah memiliki andil besar terhadap penurunan ini. Hanya saja peran tersebut bukanlah dalam hal penciptaan lapangan kerja, sarana perbaikan kualitas SDM, atau peningkatan kesejahteraan.
Melainkan dengan tanpa henti menggelontorkan dana, baik secara langsung maupun tidak langsung. Misalnya melalui subsidi bahan pangan, listrik, BBM, sampai bantuan sosial lain yang persentasenya terus meningkat.
Sayangnya, karena tindakan yang dilakukan bukan menyasar akar permasalahan kemiskinan, maka tingkat kesejahteraan masyarakat tidak kunjung stabil dan membaik.
Itulah alasan mengapa masih banyak pihak yang menilai bahwa pemerintah belum berhasil mengatasi penyebab kemiskinan.
Bahkan hingga kini, penduduk yang berada sedikit di atas garis kemiskinan masih juga terancam turun kesejahteraan hidupnya. Kemalangan ekonomi sedikit saja bisa membuat mereka turun kelas menjadi warga miskin.
Baca Juga : Cara Membagikan Paket Sembako Tanpa Berkerumun
Ketimpangan Sosial Masih Besar di Indonesia
Selain itu, pemerintah masih punya PR besar terkait soal ketimpangan. Orang-orang terkaya negeri ini menguasai sekitar 60 persen lebih aset serta permodalan nasional, sedangkan 30 persen sisanya dibagi-bagi antara masyarakat kelas menengah dan bawah.
Ironis memang, kekayaan berjumlah 60 persen lebih dikuasai oleh seratus ribuan orang kaya. Sementara angka populasi keseluruhan Indonesia hampir mencapai 270 juta jiwa.
Fenomena itu cukup mengkhawatirkan, apalagi mengingat bahwa tren kesenjangan terus meningkat dari tahun ke tahun. Orang kaya makin bertambah hartanya, sedangkan si miskin tetap sengsara. Lalu apa penyebab kemiskinan sekaligus ketimpangan tersebut?
Baca Juga: Sudahkah Indonesia Merdeka dari Kemiskinan
Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan
Penyebab kemiskinan menurut para ahli, salah satunya diutarakan Daulay dalam Kemiskinan Pedesaan (2009). Dia berpendapat ada dua faktor paling memengaruhi tingkat kemiskinan, antara lain rata-rata pendapatan nasional dan karakteristik distribusi pendapatan.
Meskipun pendapatan nasional tinggi, kemiskinan di suatu negara bisa saja tetap besar karena distribusi pendapatan kurang merata.
Mantan Ketua Bappenas Ginanjar Kartasasmita (1996) pun mengungkapkan bahwa terdapat empat faktor penyebab kemiskinan. Di antaranya akibat rendahnya sumber daya alam, kualitas sumber daya manusia, kemajuan teknologi, serta belum memadainya infrastruktur pendukung.
Kombinasi keempat faktor tersebut mengakibatkan kegiatan perekonomian terhambat, produktivitas rendah sehingga pendapatan masyarakat pun minim.
Menurut Bank Dunia, terdapat lima faktor penyebab kemiskinan yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu pendidikan, jenis pekerjaan, gender, akses terhadap layanan infrastruktur penunjang hidup, serta lokasi geografis.
Rumusan tersebut hampir senada dengan pendapat Nazara yang mengemukakan secara terperinci mengenai lima faktor penyebab kemiskinan tersebut.
1. Pendidikan
Pendidikan tinggi umumnya menjamin kesempatan kerja lebih luas. Hanya saja tidak semua orang mampu menggapainya karena biaya terlalu mahal. Alhasil, orang berpendidikan rendah memiliki kesempatan kerja lebih terbatas.
2. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan berhubungan dengan sektor pertanian dinilai menghasilkan pendapatan lebih sedikit daripada sektor lainnya. Alasannya karena pekerjaan di sektor tersebut tidak membutuhkan standar pendidikan tinggi.
Sementara penghasilan tinggi bisa diperoleh dengan bekerja di sektor industri dan jasa yang memiliki standar pendidikan khusus.
3. Gender
Di Indonesia, posisi penduduk berjenis kelamin perempuan lebih tidak menguntungkan dibanding laki-laki.
Angka pengangguran, tingkat buta huruf, serta jumlah pekerja sektor informal dari kalangan perempuan lebih besar daripada laki-laki. Semua itu berpengaruh terhadap besaran pendapatan yang menjadi salah satu penentu tingkat kemiskinan.
4. Keterbatasan Akses
Penyebab kemiskinan berikutnya adalah keterbatasan akses terhadap berbagai layanan penjamin kemudahan hidup.
Mulai dari fasilitas kesehatan, pendidikan, transportasi, komunikasi, hingga sarana serta prasarana pemukiman. Keterbatasan akses ini berbanding lurus dengan tingkat kesempatan kerja sekaligus potensi pendapatan.
5. Lokasi Geografis
Lokasi geografis berkaitan erat dengan keberadaan sumber daya alam, potensi tanah, bencana alam, juga pemerataan pembangunan. Daerah subur tentu lebih kaya sumber pendapatan daripada daerah tandus.
Demikian pula daerah yang memiliki infrastruktur lengkap, tentu kehidupan masyarakatnya lebih terjamin sehingga bisa bekerja di sektor-sektor berpenghasilan tinggi. Selain itu, perbedaan karakter geografis setiap daerah pun dapat menimbulkan kesenjangan ekonomi.
Setiap faktor-faktor di atas saling terkait satu sama lain. Pada akhirnya hubungan tersebut akan menghasilkan lingkaran yang kompleks.
Seperti telah terbukti selama ini, bahwa penduduk miskin umumnya gagal mengenyam pendidikan tinggi. Mereka hidup dan bermatapencaharian sebagai petani pedesaan, di mana infrastrukturnya jauh tertinggal dibanding kawasan perkotaan.
Solusi untuk Mengentaskan Kemiskinan
Pemerintah telah sejak lama mencetuskan solusi mengurangi angka kemiskinan. Hanya saja, solusi kemiskinan tersebut dinilai belum cukup efektif.
Pasalnya, agenda pemerintah masih berkutat pada tindakan-tindakan bersifat sementara seperti peningkatan subsidi dan pemberian dana langsung.
Padahal jika melihat berbagai penyebab kemiskinan seperti diuraikan sebelumnya, ada sejumlah hal yang lebih perlu diperhatikan.
Utamanya dalam memberikan jaminan pendidikan, pelatihan, penyediaan berbagai fasilitas publik, pemerataan pembangunan, serta penentuan strategi efektif sesuai karakteristik masing-masing wilayah. Tentu saja pelaksanaannya harus direncanakan sematang mungkin.
Untuk mencapai tujuan itu, diperlukan dukungan dari berbagai pihak, salah satunya adalah dengan melakukan gotong royong secara online untuk membantu masyarakat yang kesulitan.
Anda bisa berdonasi online melalui Insan Bumi Mandiri dengan klik link di bawah ini.