Kesehatan

Tampak Serupa, Kenali Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk

stunting dan gizi buruk

Stunting saat ini masih menjadi permasalahan serius yang mengancam jutaan bayi dan balita di Indonesia. Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 yang dilaksanakan Kementerian Kesehatan, angka prevalensi stunting di Indonesia pada tahun 2021 masih berada di angka 24,4% atau sama dengan 5,44 juta balita mengalami stunting. 

Saat mendengar kata stunting, banyak yang beranggapan bahwa stunting adalah gizi buruk. Fakta ini juga menjadi bukti bahwa edukasi mengenai pengertian stunting di masyarakat masih amat minim. Meski nampak serupa, namun ternyata stunting dan gizi buruk merupakan hal yang berbeda. 

Secara sederhana, stunting merupakan dampak jangka panjang dari kondisi gizi buruk. Stunting adalah kondisi dimana pertumbuhan tinggi badan tidak sesuai dengan umur saat ini.  Kondisi ini dipicu dengan kurangnya nutrisi saat hamil, bayi, dan saat masih kanak.  

Sementara gizi buruk merupakan jenis kondisi dimana kekurangan baik dari segi protein, kalori, serta vitamin dan mineral.

Agar Sahabat bisa lebih memahami perbedaan antara stunting dan gizi buruk, Sahabat bisa membaca penjelasan berikut! 

Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk 

1.Perbedaan dari Ciri-Ciri yang Terlihat

Sahabat bisa mengenali perbedaan stunting dan gizi buruk melalui ciri-ciri yang terlihat. Umumnya anak dengan kondisi gizi buruk biasanya memiliki ciri-ciri kulit yang kering, lemak di bawah kulit berkurang, dan otot mengecil. Jika telah mencapai tahap lanjut, ada kemungkinan perut anak menjadi buncit. 

Sementara itu ciri anak yang mengalami kondisi stunting adalah pertumbuhannya yang melambat. Lambatnya pertumbuhan ini dapat dilihat dari tubuh yang lebih pendek dan tampak lebih muda jika dibanding dengan teman-teman seusianya.

Pubertas pada anak stunting juga biasanya terjadi cukup terlambat. Selain itu anak yang mengalami stunting memiliki ciri-ciri kecerdasannya yang kurang. Anak stunting umumnya memiliki kemampuan fokus yang rendah sehingga prestasi belajarnya tidak maksimal.

2.Perbedaan dari Faktor Penyebabnya

Meski tampak mirip, ternyata stunting dan gizi buruk bisa berawal dari faktor penyebab yang berbeda. Pada dasarnya, gizi buruk disebabkan oleh kekurangan asupan gizi dalam waktu yang relatif singkat apabila dibandingkan dengan kondisi stunting. Kekurangan asupan nutrisi dalam jangka waktu tertentu membuat berat badan anak turun dan memicu timbulnya gizi buruk.

Sedangkan anak dengan kasus stunting, umumnya diakibatkan kekurangan gizi dalam jangka panjang, terutama di masa 1.000 hari pertama kehidupan anak. 1000 hari pertama kehidupan ini juga termasuk saat anak masih berada dalam kandungan ibu, bahkan bisa disebabkan karena kurangnya gizi calon ibu sebelum mengandung. 

Stunting juga bisa disebabkan faktor-faktor seperti anak yang sering sakit atau bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yang tidak tertangani dengan baik. Stunting bisa juga dakibatkan karena retardasi pertumbuhan intrauterine, tidak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori, perubahan hormon yang dipicu oleh stress, dan sering menderita infeksi di awal kehidupan seorang anak.

Bukan hanya itu saja, stunting juga bisa disebabkan oleh banyak faktor lain yang lebih jauh lagi, mulai dari tingkat ekonomi hingga sanitasi yang buruk. Dengan ini maka bisa disimpulkan stunting merupakan dampak jangka panjang dari kondisi gizi buruk yang dialami oleh seorang anak. 

Baca juga : Stunting pada Anak Masih Menjadi Permasalahan Kesehatan di NTT

3.Perbedaan dari Dampaknya 

Stunting dan gizi buruk sebenarnya sama-sama memiliki dampak yang berbahaya bagi kesehatan dan tumbuh kembang anak. Anak dengan gizi buruk akan mudah mengalami infeksi karena kekebalan tubuhnya rendah. Selain itu, anak dengan gizi buruk juga memiliki intelligence quotient (IQ) atau tingkat kecerdasan rendah. 

Pada jangka panjang, gizi buruk dapat mengakibatkan pertumbuhan anak berhenti sebelum waktunya. Lebih jauh lagi, gizi buruk dalam jangka panjang akan menyebabkan anak kurus (wasting) dan stunting. Sementara itu, stunting pada anak akan berdampak pada gangguan metabolisme, rendahnya kekebalan tubuh, dan ukuran fisik tubuh yang tidak optimal.

Dengan ini bisa disimpulkan bahwa gizi buruk dapat berdampak membuat anak mengalami stunting. Sementara dampak dari stunting bagi kesehatan bisa lebih berbahaya lagi. 

4.Pencegahan Stunting dan Gizi Buruk 

Meskipun memiliki definisi yang berbeda, namun stunting dan gizi buruk bisa dihindari dengan pencegahan yang sama. Mencegah stunting dan gizi buruk tentu dapat dilakukan dengan memenuhi kebutuhan gizi yang sesuai. 

Dampak Stunting umumnya terjadi karena diakibatkan oleh kurangnya asupan nutrisi pada 1.000 hari pertama anak. Hitungan 1.000 hari di sini dimulai sejak janin sampai anak berusia 2 tahun.

Jika pada rentang waktu ini, gizi tidak dicukupi dengan baik, dampak yang ditimbulkan memiliki efek jangka pendek dan efek jangka panjang. Oleh karena itu, upaya pencegahan baiknya dilakukan sedini mungkin. 

Pada usia 1.000 hari pertama kehidupan, asupan nutrisi yang baik sangat dianjurkan dikonsumsi oleh ibu hamil. Tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dirinya, asupan nutrisi yang baik juga dibutuhkan jabang bayi yang ada dalam kandungannya.

Lebih lanjut, pada saat bayi telah lahir, penelitian untuk mencegah stunting menunjukkan bahwa, konsumsi protein sangat mempengaruhi pertambahan tinggi dan berat badan anak di atas 6 bulan.

Itulah perbedaan antara stunting dan gizi buruk dilihat dari ciri-ciri, faktor penyebab, dan dampaknya. Namun bagaimana pun jua, stunting dan gizi buruk merupakan kondisi yang sama-sama berbahaya dan harus dicegah. 

Sayangnya, masih banyak anak-anak di pedalaman yang hingga kini belum bisa terlepas dari ancaman stunting dan gizi buruk karena keterbatasan mereka. Mari bantu akhiri masalah stunting dan gizi buruk di pedalaman bersama Insan Bumi Mandiri melalui link berikut ini. 

Sumber artikel : 
https://promkes.kemkes.go.id/?p=8486