Kisah Pedalaman

Mereka Inilah Pejuang Facial Cleft dari Pedalaman

Facial Cleft adalah penyakit kelainan wajah yang langka. Kelainan ini dapat terjadi di antara 1 dari 33 kelahiran, menyebabkan wajah memiliki bentuk yang tidak normal dari biasanya. Tidak hanya itu, facial cleft juga dapat membuat fungsi organ menjadi tidak sempurna, seperti kehilangan fungsi penglihatan pada mata, mulut dan hidung. 

Meski tergolong jarang terjadi, saudara-saudara kita dari pedalaman mengalaminya. Mereka terlahir dengan kondisi wajah yang tidak biasa, membuat mereka terlihat sangat berbeda dibandingkan dengan teman-teman sepermainannya. Namun, facial cleft sama sekali tidak menyurutkan semangat mereka untuk tetap percaya diri dalam menjalani hidup. Mereka percaya bahwa Allah tidak melihat dari kecantikan fisik semata, melainkan melihat kecantikan hati & perbuatan hamba-Nya. Yuk, Sahabat! Kita kenalan dengan mereka, para pejuang facial cleft dari pedalaman.

Fadli, Pejuang Facial Cleft yang Pemberani

aidil si kecil yang pemberani
Aidil

Sahabat kecil kita ini berasal dari Desa Napal Licin, Kecamatan Ulu Rawas, Musi Rawas Utara, Sumatera Selatan. Sejak lahir, Aidil tidak bisa melihat karena memiliki wajah yang tidak sempurna atau facial cleft. Meski begitu, Aidil tidak kecewa dengan kondisi yang ia terima. Ia justru tumbuh menjadi seorang anak yang ceria, aktif, dan pintar. Aidil memiliki kemampuan yang cepat dalam belajar sesuatu, ia bahkan menjadi penerjemah ketika kami berkunjung ke rumahnya. Hal ini dikarenakan orangtua Aidil tidak bisa berbicara dengan bahasa Indonesia. Oh iya, usia Aidil menginjak 10 tahun sekarang.

Aidil ingin sekali menjadi normal seperti teman-temannya. Namun, biaya operasi facial cleft yang sangat mahal membuatnya mengurungkan niat tersebut. Apalagi, bapak Aidil yang hanya menjadi pencari kayu tentu tidak dapat memenuhi biaya yang dibutuhkan. 
Alhamdulillah, berkat bantuan dan doa dari Sahabat sekalian, mulai November tahun 2019 lalu Aidil sudah memulai proses operasi facial cleft nya. Doakan terus Aidil ya, Sahabat!

Putri, Si Pintar dari Pedalaman


Berjarak sekitar 250 kilometer dari tempat Aidil, Sahabat kecil kita bernama Putri. Dia berasal dari pedalaman Cengal, Kabupaten Komering Ilir, Sumatera Selatan. Putri juga menderita facial cleft dari lahir. Bedanya, fungsi matanya masih sempurna sehingga ia masih bisa melihat.

 
Meski terlahir dengan facial cleft, Putri tumbuh menjadi anak yang ceria dan cerdas. Ia bahkan mendapatkan ranking di sekolahnya. Kata guru-gurunya, Putri termasuk salah satu siswa yang pintar di sekolah. 

Ayah Putri berprofesi sebagai petani dengan upah yang tak seberapa. Ayahnya punya keinginan yang besar untuk membawa Putri ke Palembang guna pemeriksaan awal dan CT Scan. Namun, karena biaya yang sangat besar, operasi facial cleft pun urung untuk dilakukan. 

Titah, Mahasiswa Berprestasi 

Perilaku bullying menjadi hal yang lumrah terjadi di institusi pendidikan. Tak terkecuali dirasakan juga oleh Titah, mahasiswa semester 1 Universitas Muhammadiyah Palembang jurusan Teknologi Informasi. Terlahir mengalami facial cleft, Titah seringkali mendapatkan perlakuan tak mengenakkan dari teman-temannya. Ada yang membuang muka bahkan melontarkan kata-kata yang menyakitkan kepadanya.

Namun, semua hal itu tidak membuatnya patah semangat. Sebaliknya, Titah justru semakin terpacu untuk belajar lebih giat agar dapat mendapatkan nilai yang bagus. Terbukti, Titah sampai saat ini sudah menorehkan beragam prestasi yang membanggakan. Seperti menjadi Juara 1 Lomba Kaligrafi, meraih peringkat ketiga saat di SMA, dan prestasi-prestasi lainnya. 

Titah percaya, tidak ada seorang pun yang boleh mengganggu mimpi-mimpinya. Untuk itulah ia selalu berjuang dan berusaha agar keinginannya dapat terwujud. Wah, inspiratif sekali ya Sahabat!

Ali, Bayi Tangguh dengan Orang Tua Super Sabar


Sejak masih dalam kandungan, Ali mengalami kelainan langka, yakni facial cleft yang terjadi sejak dalam kandungan dan muncul saat lahir. Saat dalam kandungan, wajah Ali masih belum terlihat jelas karena kelainan tersebut. 
Saat ini, usia Ali baru menginjak 2 bulan. Ali kecil hanya bisa menangis di dekapan ibu sambil menunggu dokter untuk konsultasi facial cleft. Perjalanan menuju RSUD dr. Soetomo, Surabaya ditempuh selama 4 jam lamanya. Rumah Ali jauh di pedalaman Branta Pesisir, Kec. Tlanakan, Kab. Pamekasan, Madura yang membuat tubuh kecilnya lelah.

Hidup keluarga mereka sangatlah terbatas. Ayah Ali adalah seorang buruh jahit harian dengan upah Rp80.000/hari. Sedangkan sang ibu hanya ibu rumah tangga biasa.
“Saya ingin lihat wajah Ali. Bagaimana mata dan hidung mungilnya. Saya percaya suatu saat nanti, itu bisa terjadi. Saya akan melihat dia bisa makan lahap, bisa senyum, dan tertawa,” ucap ibu Ali pada relawan Insan Bumi Mandiri.
Berdasarkan hasil konsultasi dokter, Ali baru bisa dioperasi saat usianya 3 bulan dengan berat badan 5 kg dan kadar hemoglobin 10.

Itu tadi kisah 4 saudara kita yang mengalami facial cleft. Walaupun berasal dari daerah yang berbeda, tapi mereka memiliki satu kesamaan, yaitu tetap bersyukur dengan kondisi yang mereka derita. Semoga Sahabat pembaca sekalian bisa mengikuti jejak mereka dan semakin semangat dalam menjalani hari.

bersama bantu mereka yang sedang mengalami kesulitan dalam hidup