Kisah Pedalaman

Fadli, Si Kecil Tulang Punggung Keluarga

kisah fadli tulang punggung keluarga

Bayangkan ketika kita bisa kembali ke masa kecil kita masing-masing. Pasti indah bukan? Bisa bermain dengan teman-teman, mendengarkan dongeng sebelum tidur dari ibu, dan juga diberikan mainan kesukaan oleh ayah tercinta setiap kali ia gajian. Selain itu, kita juga suka bercanda dan bermain dengan kakak, adik, atau sepupu kita.

Tak jarang kita jadi bertengkar dengan adik kecil hanya gara-gara makanan yang kita beli tiba-tiba tersenggol dan tertumpah olehnya.

Akan tetapi, masa kecil yang indah justru tak pernah dirasakan oleh Fadli. Seorang anak yang berasal dari Desa Soro, Kecamatan Lambu, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Saat ini Fadli berusia 9 tahun dan sebentar lagi akan memasuki usianya yang ke-10.

fadli sedang bekerja mencari rumput
Fadli sedang bekerja mencari rumput.

Ditinggal Oleh Sang Ibu Sejak Balita

Ketika Fadli berusia 3 tahun, sang Ibu yang sangat dicintai olehnya harus pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya. Semenjak itu, Fadhli menjadi seorang Piatu dan hidup tanpa Ibu. Tinggallah ia dengan Ayah dan juga Kakeknya.

Ujian adik kecil ini tak berhenti di situ. Ayah dan kakek Fadli mengalami gangguan mental. Keduanya tak bisa bekerja seperti orang-orang kebanyakan. 
Fadli kecil pun harus berjuang sendiri.

Di usia 9, ia menjadi tulang punggung untuk ayah dan kakeknya, memandikan, hingga memberi makan mereka. 

Baca Juga: 3 Kisah Perjuangan Ayah ini Bikin Terharu

Bekerja Serabutan

Pekerjaan apapun Fadli kerjakan, yang penting halal. Karena ia memang sangat butuh uang. Fadli kadang membantu bersihkan kebun tetangga, juga memberi makan kuda.

Namun, karena pekerjaan yang ala kadarnya maka ia tentu tak mendapatkan upah yang banyak. Bayangkan, pundak sekecil itu harus menanggung tanggung jawab besar.

“Cita-Cita aku ingin menjadi Polisi”-Fadli ketika ditanya tentang cita-citanya.

Jika melihat kondisinya sekarang, rasanya sulit untuk menggapai mimpi itu. Jangankan untuk sekolah tinggi, mencari makan saja sulit. Namun, Fadli tetap bersemangat karena ia yakin akan ada jembatan yang akan mengantarkan Fadli menuju cita-citanya.

Begitu perih dan panjang perjuangan Fadli. 
Untuk cerita lengkap adik kecil ini, Anda bisa baca dengan klik di sini