Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau. Tidak hanya Indonesia juga terkenal karena memiliki alam yang indah dan mengagumkan, karena kekayaan budayanya yang begitu beragam tidak jarang banyak dari para turis yang mengunjungi Indonesia untuk berwisata.
Setidaknya ada lebih dari 1304 suku dan 300 etnik yang mendiami bangsa ini. Diantara sekian banyak suku tersebut memiliki keunikan masing-masing. Semua memiliki keunikannya masing-masing mulai dari lagu daerah, bahasa, pakaian adat, hingga rumah adat.
Rumah Adat di NTT
Berbicara tentang rumah adat, ada baiknya Sahabat menengok sejenak ke Nusa Tenggara Timur. Sebuah provinsi yang terdiri dari banyak pulau membuat daerah di timur Indonesia ini memiliki jenis rumah adat yang beragam. Sebut saja Rumah Adat Musalaki, Rumah Adat Mbaru Niang, dan Rumah Adat Sao Ria Tenda Bewa Moni.
Tidak hanya eksistensinya yang masih bisa kita saksikan, rumah adat di NTT juga memiliki filosofi dibalik pembuatannya. Rumah adat yang ada di sana dibangun dengan dipenuhi nilai-nilai, norma, aspek religius, estetika, dan juga budaya. Selain itu juga agar terjadi keseimbangan antara manusia satu dengan manusia lainnya.
Masjid Leutoher, Rumah Adat yang Berubah Jadi Masjid
Seperti masyarakat NTT pada umumnya, Dusun Leutoher juga memiliki rumah adatnya sendiri. Dusun yang terletak di Desa Hingamalamengi, Kecamatan Omesuri ini masih menjunjung tinggi budaya leluhurnya, menjaganya agar tetap lestari hingga anak cucu nanti.
Dusun Leutoher letaknya di Kabupaten Lembata, NTT. Untuk bisa tiba di dusun ini Sahabat harus menempuh perjalanan 2-3 jam dari pusat kota Lembata.
Baca Juga: Keutamaan Wakaf Masjid, Pahala yang Tak Pernah Putus
Hidup Damai Meskipun Berbeda Agama
Di dusun ini, warga hidup damai berdampingan meski ada perbedaan agama. Bahkan saat warga muslim tak punya rumah ibadah, warga memberikan salah satu rumah adat mereka untuk dipergunakan warga muslim beribadah.
Kondisi itu berlangsung terus menerus. Hingga pada tahun 2010, warga Leutoher memutuskan untuk menjadikan rumah adat tersebut menjadi rumah ibadah tetap bagi umat islam. Akhirnya, rumah itu resmi berganti nama menjadi ‘Mushola Jabal Nur’.
Baca Juga: Keutamaan Membangun Masjid, di Daerah Pelosok
Memiliki Kerukunan dan Toleransi yang Tinggi
Tingginya kerukunan antar Warga Leutoher tidak berhenti sampai di situ. 6 tahun kemudian semua warga bekerja sama memperbaiki Mushola Jabal Nur yang kini sudah tak layak pakai dan rusak kondisinya.
Sahabat, toleransi yang ditunjukkan warga Leutoher bisa menjadi contoh yang baik bagi kita. Segala perbedaan yang ada bisa menjadi indah ketika kita bisa hidup rukun dan saling bantu sesama.
Masih ada kesempatan untuk bersama membangun Masjid Leutoher bersama warga. Yuk klik di sini.