Kisah Pedalaman

3 Tantangan saat Membangun Masjid di Pedalaman

tantangan membangun masjid di pedalaman

Sholat berjamaah menjadi salah satu amalan yang utama bagi umat muslim. Dekatnya masjid dengan tempat tinggal dapat semakin memudahkan umat muslim dalam beribadah, melakukan kegiatan-kegiatan dakwah, dan juga menjadi pusat belajar agama bagi anak-anak maupun orang dewasa. 

Tahukah Sahabat? Untuk memiliki masjid yang dekat dengan tempat tinggal, warga di pedalaman Nusa Tenggara Timur (NTT), harus melalui banyak rintangan. Berikut adalah 3 tantangan membangun masjid di pedalaman.

Sulitnya Akses Menuju Lokasi

Fasilitas umum seperti jalan penghubung antar daerah menjadi salah satu permasalahan utama di NTT yang belum terselesaikan hingga sekarang. Untuk menuju daerah-daerah terpencil, akses menuju lokasinya tidak mudah dan tidak semulus dibayangkan. 

Kampung Kondeng adalah salah satu daerah terpencil yang ada di sana. Kampung yang terletak di Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur ini berada di tempat yang jauh dari pusat kota. Jika musim hujan tiba, kendaraan apapun tidak ada yang bisa membawa kita ke sana. Masjid Al Hidayah yang menjadi satu-satunya masjid di sana pun kondisinya sangat memprihatinkan. Berdiri selama 12 tahun, masjid berkapasitas 60 jamaah ini sudah seperti mau roboh karena tidak pernah direnovasi.

Dalam proses renovasinya, warga bahkan harus bergotong-royong membuka jalan. Karena saat itu cuaca buruk membuat jalan tertutup dan sulit dilalui angkutan yang mengantar material.

Yuk, ikut bareng-bareng bangun masjid untuk mereka. Klik di sini.

Tidak Ada Biaya

Biaya menjadi faktor penting dalam membangun masjid. Tanpa biaya yang cukup, pembangunan masjid jadi tersendat dan bahkan terancam tidak bisa dilanjutkan lagi. Hal inilah yang terjadi dalam proses pembangunan Masjid Al-A’raf Buyungta, Kampung Maimol Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT). 
Kerinduan warga Kampung Maimol terhadap kehadiran masjid membuat mereka patungan untuk membangun masjid pertama di kampung mereka. Sayangnya, penghasilan mereka yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pembangunan.

Alhasil, pembangunan pun dengan terpaksa dihentikan. Masjid Al-A’raf Buyungta kini mulai berkarat dan juga ditumbuhi rumput liar

Mahalnya Biaya Pembangunan

Warga di pedalaman membutuhkan dana yang besar untuk membangun masjid di tempat mereka. Jarak dan medan yang sulit membuat biaya akomodasi pembangunan jadi jauh lebih mahal.

Seperti yang dialami oleh Masjid Nurjannah di Desa Mata Wae, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat. Biaya akomodasi untk merenovasi masjid itu sangat mahal karena harus melalui jalan bebatuan dan berlumpur. 

Nah Sahabat, itu tadi 3 tantangan membangun masjid di pedalaman. Semoga saudara-saudara kita di sana selalu diberi kesabaran dan dimudahkan jalannya oleh Allah untuk membangun masjid pertama di kampung mereka. Amiin ya rabbal alamin.