Memasuki masa transisi pasca pandemi Covid-19, berbagai kebijakan dibuat oleh pemerintah agar berbagai kegiatan bisa berjalan kembali, salah satunya adalah kegiatan belajar mengajar di sekolah saat new normal. Institusi pendidikan sebagai salah satu sektor yang menerima dampak besar dengan adanya pandemic Covid-19, dimana kegiatan belajar secara tatap muka antara guru dan siswa tidak bisa dilaksanakan sebagaimana mestina.
Agar kegiatan belajar dan mengajar tetap dapat berlangsung, pemerintah mencanangkan sistem pembelajaran jarak jauh atau sistem daring untuk kegiatan sekolah saat new normal. Hal ini mengharuskan guru dan siswa untuk bertemu di ruang maya guna menjalankan proses belajar mengajar sebagaimana biasanya
Namun, bagaimanapun juga ada beberapa kendala dengan sistem baru untuk kegiatan sekolah saat new normal ini. Banyak sekolah, guru, dan siswa yang belum siap dengan kebijakan baru ini. Banyak faktor yang mempengaruhi hal ini, seperti kemampuan penguasaan teknologi, kurikulum belajar daring yang belum sempurna, dan hal-hal lainnya yang menjadi hambatan untuk proses sekolah saat new normal ini.
Tetap Belajar Saat New Normal
Lalu, bagaimana nasib guru dan siswa di pedalaman dalam menghadapi penerapan aturan sekolah saat new normal ini? Dalam keadaan normal saja, guru dan siswa di pedalaman mesti memberikan usaha yang lebih agar kegiatan belajar dapat berjalan dengan baik, apalagi dengan kondisi yang tidak normal seperti saat sekarang ini.
Berikut kami beberakan beberapa kendala bagi guru dan siswa di pedalaman, dalam menghadapi kebijakan sekolah saat new normal pasca pandemi Covid-19. Bagi Anda yang selalu mengikuti campaign pendidikan yang ada di Insan Bumi Mandiri, pastinya sudah tidak asing lagi dengan kendala-kendala berikut ini.
1. Tidak adanya akses internet
Masalah pertama terkait kebijakan sekolah saat new normal bagi guru dan siswa di pedalaman adalah, mereka bersekolah dengan sarana dan prasarana yang sangat terbatas. Bagi guru dan siswa di pedalaman, akses internet masih menjadi barang langka dan mahal. Belum lagi harus memiliki smartphone ataupun komputer, bisa dikatakan dua perangkat teknologi modern ini menjadi komponen penting dalam penerapan aturan sekolah saat new normal yang tidak dimiliki oleh sebagian besar guru dan siswa di pedalaman.
Lalu bagaimana bisa guru dan siswa di pedalaman melakukan pembelajaran jarak jauh yang ditetapkan sebagai aturan sekolah saat new normal?
2. Penguasaan Teknologi yang Belum Mumpuni
Kendala penerapan aturan sekolah saat new normal kedua untuk guru dan siswa di pedalaman adalah penguasaan teknologi yang tidak mumpuni. Banyak dari mereka yang belum terbiasa dengan aplikasi-aplikasi yang menjadi penunjang sistem pembelajaran sekolah saat new normal.
Lagipula, bagaimana bisa mereka mengenali aplikasinya, sementara untuk perangkat kerasnya saja mereka tidak punya. Sebagaimana yang sudah dijelaskan pada poin sebelumnya, sebagian besar siswa dan guru di pedalaman tidak memiliki perangkat smartphone dan komputer, lalu bagaimana bisa mereka mengakses aplikasinya?
3. Anak-anak Tidak Memiliki Buku Pelajaran Sendiri
Kendala sekolah saat new normal selanjutnya untuk para guru dan siswa di pedalaman adalah, para murid yang tidak memiliki buku pelajaran sendiri. Akses buku sangat terbatas, perpustakaan sekolah hanya memiliki buku yang bisa digunakan bersama oleh para siswa saat di sekolah, dan tidak memiliki jumlah yang banyak untuk bisa dibawa oleh masing-masing anak. Bahkan, beberapa sekolah tidak memiliki perpustakaan sama sekali.
Jika pada saat belajar normal saja hal ini sudah menjadi kendala bagi guru dan siswa di pedalaman, apalagi pada kondisi yang tidak normal seperti saat sekarang ini. Tidak ada buku dan tidak ada teknologi.
Bantu Sekarang : Belajar Jarak Jauh karena Covid-19, Anak Pedalaman Tak Punya Buku
4. Para Guru Berkunjung ke Rumah-rumah
Pada akhirnya, agar para siswa tetap bisa belajar ketika aturan sekolah saat new normal ditetapkan, para guru memilih untuk mengunjungi rumah para murid agar mereka bisa belajar.
Dikutip dari kompas.com, salah seorang guru SMPN 3 Waigate, Kab. Sikka, Nusa Tenggara Timur, bernama Hilarius Teta, menuturkan bahwa ia bersama para guru lainnya terpaksa berjalan dari kampung ke kampung untuk menemui murid mereka. Hal ini bertujuan agar para murid tetap bisa mendapatkan materi dan tidak ketinggalan pelajaran.
Hal ini harus dilakukan karena mereka yang berada di daerah tersebut tidak memiliki televisi, ponsel, dan juga radio. Lebih parahnya lagi, di wilayah SMPN 3 Waigate ini tidak mendapatkan akses internet ataupun sinyal telepon.
Baca Juga : Nadiem Makarim dan Harapan Guru di Pedalaman Indonesia
Beberapa kondisi yang ada dijelaskan sudah menjelaskan bagaimana sulitnya guru dan siswa di pedalaman menghadapi aturan pelaksanaan sekolah saat new normal. Bahkan bisa dikatakan, dengan segala keterbatasannya aturan sekolah saat new normal yang saat ini diterapkan membuat para guru dan siswa di pedalaman sama sekali tidak bisa melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar.
Para guru dan siswa di pedalaman harus melakukan beberapa penyesuaian berdasarkan inisiatif pribadi agar para siswa tetap bisa belajar. Seperti yang dilakukan oleh bapak Hilarius dan teman-temannya yang mengunjungi para siswa agar tidak ketinggalan materi pembelajaran.
Semestinya hal ini menjadi perhatian kita semua. Pemerintah pun juga harus membuka mata lebar, bahwa tidak semua daerah memiliki fasilitas belajar yang lengkap seperti sekolah-sekolah di perkotaan. Jangan sampai penerapan aturan hanya didasarkan pada kesiapan sekolah-sekolah di kota besar saja, tentunya kondisi ini tidak bisa disamaratakan.
Jangan sampai, hak mendapatkan pendidikan yang sudah bermasalah sejak lama menjadi semakin parah karena karena terhalang kebijakan sekolah saat new normal yang tidak mungkin diterapkan di wilayah mereka.
Ayo berikan kontribusi Anda, klik di sini untuk memberikan bantuan pendidikan di wilayah pedalaman yang lebih baik.
Baca Juga : “Bagaimana Jika Aku adalah Anak Pedalaman Indonesia?”