Islam merupakan negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam. Bahkan merupakan negara dengan umat muslim terbesar di dunia. Data sensus penduduk 2010 menunjukan ada sekitar 87,18% atau 207 juta jiwa dari total 238 juta jiwa penduduk yang beragama Islam.
Jumlah ini tentunya sangat banyak bahkan bisa melebihi jumlah dari beberapa negara Islam di dunia. Walaupun Islam menjadi mayoritas , akan tetapi Indonesia bukanlah negara yang berasaskan Islam.
Pasti Anda penasaran bukan? Bagaimana sebuah provinsi yang masih satu kepulauan yaitu Nusa Tenggara Barat maupun Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki populasi muslim yang berbeda. Bahkan sangat jauh. Berdasarkan Badan Pusat Statistik muslim di NTT itu sebanyak 4.683.827 penduduk atau sebanyak 9,05% dari total populasi yang ada. Jumlah ini tentu sangat kontras dengan jumlah muslim di NTB. Seperti kita tahu mayoritas jumlah penduduk di Nusa Tenggara Barat adalah beragama islam dengan konsentrasi 96,11%.
Sebelum menjawab mengapa populasi muslim di sana sangat berbeda, mari kita lihat tersebih dahulu mengenai sejarah masuknya islam di NTT.
Baca Juga: Realitas Daerah 3T: Antara Kesenjangan Pendidikan dan Ekonomi di Papua
Bagaimana Awal masuknya Islam di Nusa Tenggara?
Daftar Isi
Pada abad ke 13, Islam diyakini masuk ke nusa tenggara melalui Pulau Solor yang dibawa oleh Imam Patiduri dari Haramaut. Nusa Tenggara Timur, merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang penduduknya mayoritas non-muslim. Maka, siapa sangka di masa lalu wilayah ini pernah menjadi lokasi berdirinya kerajaan-kerajaan kecil yang dibangun oleh masyarakat muslim.
Masyarakat di sana pun pernah memberikan perlawanan sengit pada saat Portugis datang dan berniat menguasai daerahnya. Masyarakat Desa Menanga, Kecamatan Solor Timur, Kabupaten Flores Timur, NTT misalnya. Mereka memiliki tradisi lisan tentang sejarah kedatangan Islam di wilayahnya. Mereka meyakini bahwa Islam sampai ke Pulau Solor pada abad ke-13 dibawa oleh Sayyid Rifaduddin Al-Fatih atau biasa dikenal dengan nama Jou Imam Patiduri dari Hadramaut.
Bukti bahwa Jou Imam Patiduri pernah ada di Pulau Solor adalah keberadaan makamnya, pengakuan keturunanya dan cerita rakyat yang ada disana.
Seorang ilmuan yang pernah menjelajah bernama Antonio Pigafetta bersama Ferdinand Magellan pernah juga berlabuh di Pulau Timor. Berdasarkan pengakuannya pada tahun 1522, Pigefetta menyaksikan orang-orang Islam di pantai-pantai Timor. Dia mengatakan ketika sampai di Maluku dan wilayah Indonesia Timur lainnya, ada orang-orang yang bersorban dan bertopi putih. Mereka memang orang yang datang atau pernah berkunjung ke Mekkah.
Kesaksian Pigafetta secara tidak langsung mendukung tradisi lisan masyarakat Menanga yang meyakini Islam sudah tiba di Solor jauh sebelum kedatangan Bangsa Portugis dan Sultan Menanga.
Selain itu, penyebaran agama Islam dimulai dari lokasi di sekitar pelabuhan. Sebab, agama Islam juga dibawa oleh para pedagang yang menggunakan transportasi laut. Sementara itu, Pulau Solor menjadi tempat peristirahatan sebelum mereka melanjutkan pelayaran.
Masuknya Islam ke wilayah Indonesia timur kemungkinan dibawa juga oleh para ulama dan pendakwah dari Kesultanan Buton. Para pendakwah Islam yang sudah mengislamkan Buton terus bergerak ke daerah timur hingga ke kawasan NTT, Maluku dan Papua.
Baca Juga : Sejarah Kerajaan Islam di Papua
Toleransi di Nusa Tenggara Timur
Toleransi antar umat beragama di Nusa Tenggara Timur memang besar. Terbukti dari kerukunan antar warga yang ada di sana walaupun berbeda keyakinan. Bahkan di beberapa wilayah, masyarakat non muslim turut membantu pembangunan masjid.
Akan tetapi dalam perjalanannya, pembangunan masjid-masjid yang ada di wilayah NTT masih terkendala banyak hal. Mulai dari sulitnya akses untuk mendapatkan bahan bangunan, cuaca ekstrem, jauhnya jarak, hingga keterbatasan dana. Seperti halnya masjid-masjid yang ada di bawah ini
1. Masjid An-Nur (Watu Pajung NTT)
Terletak dekat pantai wisata, warga Watu Pajung menyimpan duka. Sampai sekarang pembangunan tempat ibadah bagi muslim minoritas di Watu Pajung , NTT ini masih terkendala oleh sulitnya dana. Sudah sejak lama mereka rindukan suara adzan.
Hingga sekarang pembangunan masjid yang ada di Watu Pajung masih terlihat pondasinya saja. Padahal warga di sana sudah bergotong-royong untuk membangun masjid mereka tercinta.
Baca cerita lengkapnya di sini
2. Masjid Al-Abdillah (Kampung Kedi, NTT)
Apa jadinya jika sebuah masjid hanya dibangun dari kayu, batu dan seng saja? Masyarakat Kampung Kedi, Desa Wae Wako, Kec. Lembor, Kab.Mabar, Flores, NTT merasakan ibadah di masjid seperti itu.
Jaraknya jauh dari pusat kota membuat kampung ini terpencil dari hiruk pikuk perkotaan.
Namun, hal tersebut tidak mematahkan semangat muslim minoritas di Kampung Kedi untuk membangun rumah ibadahnya sendiri. Saat ini warga di sana sudah tidak sanggup lagi untuk merenovasi masjidnya yang sudah mulai keropos karena tidak ada dana lagi.
Penasaran dengan kelanjutan ceritanya baca lebih lanjut di sini ya.
3. Masjid Nur Amanah (Kampung Parepa, NTT)
Walaupun namanya sudah ada, tapi masjid yang dirindukan oleh warga Kampung Perepa, NTT belum juga selesao. Padahal jumlah muslim yang ada di sana semakin hari semakin bertambah.
Karena hal tersebut, warga bergotong royong untuk membangun masjid mereka. Di tengah segala keterbatasan, mimpi besar untuk punya masjid pertama menjadi penguat hati mereka untuk sama-sama berswadaya membangun masjid pertama di daerah muslim minoritas tersebut.
Lalu Mengapa Muslim di NTT Lebih Sedikit daripada Muslim di NTB?
Seperti kita ketahui bahwa hal tersebut dipengaruhi oleh penyebaran dari agama lain. Meskipun demikian, toleransi antar umat beragama di sana sangat tinggi. Terbukti dari banyaknya warga non muslim yang turut serta dalam pembangunan masjid bagi saudara mereka.
Bagaimana sahabat apakah Anda tersentuh saat mendengar cerita-cerita di atas? Perjuangan muslim di NTT dalam menjaga ketaatan masih terus berlanjut. Salah satunya adalah dengan cara mendirikan masjid. Tak jarang beberapa dari mereka yang menyisihkan sebagian dari penghasilannya untuk mendukung pembangunan.
Walaupun di tengah keterbatasan semangat mereka dalam beribadah tetap besar. Jika sahabat ingin membaca cerita perjuangan dari muslim minoritas di NTT bisa langsung saja cek di sini.
Mari terus sebarkan kebaikan agar kelak keberkahan senantiasa membersamai kita. Aaamiin