Sebagai negara yang yang memiliki ratusan suku bangsa, Indonesia memang memiliki kekayaan bahasa daerah yang beragam. Bahkan satu provinsi di Indonesia bisa memiliki beberapa bahasa daerah berbeda yang digunakan oleh para masyarakatnya.
Misalnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pada Oktober 2022, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Linus Lusi menyatakan jika Nusa Tenggara Timur memiliki 86 bahasa daerah.
Beragamnya bahasa NTT ini disebabkan oleh banyaknya suku bangsa yang tinggal di provinsi yang terletak di timur Indonesia tersebut. Namun sayangnya di era modern seperti saat ini bahasa daerah seperti bahasa NTT mulai terlupakan, padahal kekayaan bahasa ini merupakan warisan budaya yang sudah seharusnya kita jaga.
Dari puluhan bahasa NTT yang telah diturunkan dari generasi ke generasi tersebut, berikut beberapa bahasa NTT yang kini nyaris punah dan bisa saja hilang apabila tidak kita lestarikan.
Bahasa Daerah NTT yang Mulai Terancam Punah
Daftar Isi
1.Bahasa Abui
Bahasa Abui atau yang juga dikenal dengan Aboa merupakan bahasa NTT yang dituturkan di Desa Dede Kadu, Kecamatan Loli, Kabupaten Sumba Barat, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penduduk, masyarakat di sebelah timur dan selatan Desa Dede Kadu merupakan penutur bahasa Kolon. Sementara itu, di sebelah barat dan utara Desa Dede Kadu merupakan penutur bahasa Abui.
Berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Abui (Aboa) merupakan bahasa tersendiri dengan persentase perbedaan berkisar 81%—100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Alor, Adang, Anakalang, dan Lamboya.
Dalam publikasi 2008 (edisi pertama), bahasa Abui disebut dengan bahasa Aboa (Habolot). Penetapan nama bahasa Abui didasarkan pada beberapa referensi yang menggunakan nama Abui sesuai dengan nama suku.
2.Bahasa Klon
Bahasa NTT lainnya yang kini mulai punah adalah Bahasa Klon yang dituturkan di Desa Probur, Kecamatan Alor Barat Daya, Kabupaten Alor, Pulau Alor, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Klon yang ada di Desa Probur berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Abui (Aboa) di sebelah selatan dan timur, wilayah tutur bahasa Kui di sebelah barat, dan wilayah tutur bahasa Kabola di sebelah utara.
Berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Klon merupakan sebuah bahasa-bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%—100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Abui (Aboa), Kolana, Kabola, dan Kui.
3.Bahasa Kui
Bahasa Kui merupakan bahasa NTT yang dituturkan di Desa Prai Bakul, Kecamatan Haharu, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Kui merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%—100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Alor dan Dulolong.
4.Bahasa Wersing
Bahasa Wersing merupakan bahasa NTT yang dituturkan di Desa Kolana Utara, Kecamatan Alor Timur, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Selain itu Bahasa Wersing juga dituturkan di desa Maritaing, Maisamang, Elok, dan Kolana Selatan. Bahasa lain yang dituturkan di Desa Kolana Utara ialah bahasa Sawila.
Menurut pengakuan penduduk, jumlah penutur bahasa Wersing berkisar sekitar 599 orang yang mendiami daerah pesisir pantai. Berdasarkan penghitungan dialektometri, bahasa Wersing merupakan bahasa tersendiri jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di sekitarnya dengan persentase perbedaan di atas 81%, misalnya dengan bahasa Nedebang, Alor, Batu, Deing, dan Kepo.
5.Bahasa Adang
Bahasa Adang adalah bahasa NTT yang dituturkan di Desa Lenang, Kecamatan Umbu Ratu Nggay, Kabupaten Sumba Tengah, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Adang dituturkan juga oleh masyarakat di sebelah timur, barat, dan selatan Desa Lenang.
Berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Adang merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 98%—100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Abui, Adang,Anakalang, dan Gaura.
6.Bahasa Nedebang
Bahasa Nedebang merupakan bahasa NTT yang dituturkan di Desa Bandar, Kecamatan Pantar, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Bahasa Nedebang dituturkan juga di Desa Baolang. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Nedebang berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Teiwa di sebelah timur.
Jumlah penutur bahasa Nedebang diperkirakan mencapai 512 jiwa dari suku Tolong Bita yang mendiami wilayah pesisir. Berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Nedebang merupakan bahasa tersendiri jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya dengan persentase di atas 81%, misalnya dengan bahasa Blagar persentase perbedaannya sebesar 97%, dengan bahasa Wersing sebesar 99%, dan dengan bahasa Kepo sebesar 99%.
Itulah beberapa bahasa NTT yang saat ini terancam punah karena sudah jarang digunakan. Padahal bahasa daerah bahasa daerah ini merupakan kekayaan budaya Indonesia yang harus kita lestarikan agar tidak tergerus oleh modernisasi zaman. Oleh karena itu, ini menjadi tugas dari para generasi saat ini agar bisa mempertahankan kekayaan bahasa NTT tersebut. Yuk kita lestarikan bahasa daerah!
Selain kekayaan bahasa daerahnya, masih ada banyak hal lainnya yang bisa Sahabat temukan di Nusa Tengara Timurr. Klik di sini untuk mengenal lebih jauh pedalaman Indonesia.
Sumber artikel :
https://kupang.antaranews.com/berita/98025/disdikbud–ntt-memiliki-86-bahasa-daerah