Tanpa sadar, bulan Ramadhan tinggal sebentar lagi. Kedatangan bulan suci umat muslim seluruh dunia itu selalu dinanti. Bulan penuh keberkahan dan ampunan. Bulan turunnya Al-Qur’an dan juga bulan yang penuh dengan pahala kebaikan.
Gegap gempita Ramadhan dirasakan oleh seluruh umat muslim di Indonesia, tidak terkecuali umat muslim di Nusa Tenggara Timur. Sahabat pasti sudah tahu, kan? Umat muslim di sana adalah kaum minoritas yang keberadaannya hanya 9 % dibandingkan dengan pemeluk agama yang lain.
Meski begitu, penduduk muslim di pedalaman NTT tetap bersemangat dalam menjalankan puasa dan ibadah-ibadah sunnah lainnya di bulan ini. Mereka dikenal sebagai pemeluk agama yang taat dan memegang erat ajaran islam.
Yuk, simak kegiatan-kegiatan Ramadhan di pedalaman! Barangkali Sahabat juga bisa ikut terinspirasi.
1. Buka Bersama di Pedalaman
Rasanya tidak sah kalau melewatkan Ramadhan tanpa buka bersama. Entah anak muda, remaja, atau orang tua, mereka memanfaatkan momen ini untuk bertemu dengan teman-teman lama atau bersama sanak saudara.
Nah, ternyata di pedalaman tidak seperti itu, Sahabat. Kesibukan mereka yang sebagian besar menjadi petani atau nelayan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk mengurus ladang ataupun melaut. Belum lagi, pendapatan mereka yang hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari membuat acara buka bersama menjadi suatu hal yang ‘mahal’ bagi mereka. Ketika Ramadhan tiba, mereka lebih memilih berbuka bersama keluarga dengan ala kadarnya.
Maka, begitu acara Buka Bersama di Pedalaman diadakan, mereka begitu bahagia, Sahabat! Warga pun antusias dalam menyambutnya. Bahkan rela menyeberangi lautan demi mendapatkan bahan-bahan yang digunakan untuk masak. Setelah itu, ibu-ibu akan bergotong royong memasak dan bapak-bapak menyiapkan tempat. Mereka sangat senang karena sudah lama tidak merasakan nikmatnya kebersamaan.
Sahabat bisa juga ikut berbagi kebahagiaan untuk mereka.
Yuk, klik di sini.
2. Berbagi THR Untuk Janda di Pedalaman
Nah, baru baca judulnya saja kita sudah terbayang merahnya uang dalam amplop. Hal satu ini tentu membuat Sahabat berseri-seri menyambut bulan Ramadhan. Selain karena memasuki bulan yang penuh pahala, bulan Ramadhan juga menandakan adanya THR alias Tunjangan Hari Raya yang didapatkan sebelum libur Lebaran. Bentuk THR pun beragam, ada yang dalam bentuk uang/gaji tambahan, paket lebaran berisi sembako, kue lebaran, dan masih banyak lagi.
Namun, hal itu tidak dirasakan oleh saudara-saudara kita di pedalaman Nusa Tenggara Timur, terutama ibu-ibu janda yang sudah ditinggalkan suaminya. Bagi mereka, baik Lebaran ataupun hari biasa sama saja. Sama-sama susahnya. Jangankan mendapatkan THR, mendapatkan uang untuk makan sehari-hari saja susah. Mereka terkadang hanya mengandalkan belas kasihan dari tetangga.
Bagi mereka, mendapatkan THR adalah kebahagiaan yang luar biasa dan tak ternilai hartanya.
3. Paket Lebaran untuk Dhuafa di Pedalaman
“Baju baru Alhamdulillah, Tuk dipakai di hari raya..”
Lagu berjudul ‘Baju Baru’ yang dipopulerkan Dea Ananda ini sudah tidak asing lagi di telinga. Setelah menjalankan satu bulan penuh berpuasa, kita bersuka cita menyambut Lebaran. Begitu tiba, kita akan gembira karena mendapatkan pakaian baru. Baju baru, celana baru, jilbab baru, sepatu baru, semuanya serba baru.
Namun, bagi dhuafa di pedalaman, Lebaran tidak bisa dirayakan dengan istimewa seperti yang biasa dilakukan orang-orang kebanyakan. Sebagian besar dari mereka adalah lansia dan buruh dengan penghasilan yang sangat minim. Jangankan membeli baju baru, sajian yang biasanya ada saat Lebaran seperti kue kering pun mereka tidak bisa membelinya.
Sahabat, yuk beri mereka secercah kebahagiaan dengan hadiah Lebaran.
Klik di sini ya.
4. Tarawih di Masjid Reyot?
Selain puasa, ada lagi satu ibadah yang erat kaitannya dengan Ramadhan, apa lagi kalau bukan sholat Tarawih. Paling enak kalau Ramadhan, kita keliling mengunjungi masjid-masjid untuk ‘tour’ Tarawih.
Namun, tahukah Sahabat? Jika di pedalaman sana, untuk solat biasa saja masyarakatnya sangat sulit mengunjungi masjid.
Mereka kerap berjalan kaki sejauh 4 km dari desanya agar bisa solat berjamaah ke masjid terdekat. Belum lagi jalan menuju ke masjid tidaklah mudah. Kadang mereka harus melalui jalan yang berbatu, lumpur, dan tak ada penerangan sama sekali.
Belum lagi masjid yang mereka gunakan sudah tidak layak sama sekali. Ada yang reyot, ada juga yang baru jadi setengahnya. Berbeda 180 derajat ya dengan keadaan kita di perkotaan.
Ini saat yang tepat untuk kita berbagi pada mereka. Agar masjid yang mereka gunakan bisa segera dibangun dan selesai tepat di bulan Ramadhan. Dengan begitu, ibadah masyarakat di pedalaman pun bisa lebih nyaman.
Yuk, bantu mereka di link ini!
Demikian potret-potret Ramadhan di pedalaman. Meskipun penuh dengan keterbatasan, akan tetapi mereka tetap menjalani hidup dengan penuh kesyukuran dan senyuman.
Semoga kita diberi umur yang panjang, ya Sahabat supaya bisa bertemu lagi dengan bulan Ramadhan ïŠ Amiin amiin ya Rabbal Alamin.