“Jika kamu tidak bisa mendapatkan keajaiban, jadilah salah satunya”
Tidak ada yang menyangka, seseorang yang memiliki keterbatasan di hidupnya bisa menjadi sukses dan dikenal banyak orang.
Adalah Nick Vujicic, pria berkebangsaan Australia yang lahir dengan sindrom langka bernama tetra-amelia. Sindrom Ini membuat Nick tak memiliki lengan dan kaki.
Keterbatasan yang dialami Nick awalnya membuatnya depresi dan stres, akan tetapi ia bisa cepat bangkit dari kondisinya tersebut dan berkat perjuangannya Nick kini bisa dikenal sebagai motivator internasional yang bukunya telah diterjemahkan ke 30 bahasa di seluruh dunia.
Sahabat, bagaimana cerita di atas? Menginspirasi sekali ya.
Menjelang hari difabel internasional yang diperingati setiap tanggal 3 Desember, saatnya kita memaknai kembali perjuangan para penyandang difabel di pedalaman yang tak pernah menyerah dalam hidupnya.
Pak Suratman, Guru Ngaji Asal NTB
Pak Suratman tinggal berasal Jauh di pedalaman Nusa Tenggara Barat (NTB), tepatnya di Kelurahan Doro Tangga, Kecamatan Dompu, Kabupaten Dompu
Sehari-hari, Pak Suratman bekerja sebagai tukang kayu dan juga sesekali menjadi guru ngaji di daerah rumahnya.
Pada tahun 2009 lalu, Pak Suratman mengalami kecelakaan yang membuat ia harus kehilangan kaki kirinya. Kesedihan pun menimpa Pak Suratman, apalagi ia masih harus menafkahi anak semata wayangnya.
Namun semangat Pak Suratman tidak ikut hilang bersama kaki kirinya, perlahan ia mulai bangkit dan tetap bekerja walau dengan kondisi yang berbeda. Ia juga bertekad terus mengajar dan menebar manfaat bagi anak-anak muridnya.
Perjuangan Pak Suratman menginspirasi banyak orang baik di Indonesia, mereka beramai-ramai membantu Pak Suratman agar bisa membeli kaki palsu. Akhirnya pada Juli 2019 Pak Suratman berhasil membeli kaki palsu untuk kaki kirinya.
Pak Alwi, Guru Ngaji Asal NTT
Sejak kecil, Pak Alwi sudah kehilangan kaki kanannya. Usianya kini menginjak 32 tahun, sepanjang hidupnya ia berjalan dengan menggunakan bantuan tongkat.
Pak Alwi adalah contoh nyata tentang seseorang yang memiliki hati mulia. Keterbatasan yang ia miliki tak membuatnya berkecil hati, Pak Alwi justru menafkahkan dirinya menjadi guru ngaji di kampungnya.
Bertempat di rumahnya di Pulau Papagarang, Dusun Tanjung Keramat, Kecamatan Komodo, NTT, Pak Alwi yang tinggal bersama ibunya mengajarkan baca tulis Al-Qur’an kepada anak-anak di sana.
Padahal, kondisi ekonomi Pak Alwi tidak begitu baik, ia harus menanggung biaya hidup ibunya yang sudah tua dan anak angkatnya. Namun, hal itu sekali lagi tidak menghalanginya untuk tetap memberi manfaat bagi orang sekitarnya.
Kini ada 34 anak yang menjadi muridnya. Pak Alwi sangat ingin punya kaki palsu agar bisa menjalani aktivitasnya dengan lebih baik. Sahabat, saat ini Pak Alwi masih membutuhkan bantuanmu, yuk bantu dia agar punya kaki palsu. Klik di sini.
Hari difabel internasional memberi pesan kepada kita bahwa kita harus selalu menghargai setiap orang yang kita jumpai tak peduli seperti apa rupa dan bentuk fisiknya.
Dalam menjalani hidup kita juga harus bersyukur dengan apa yang kita punya, karena di luar sana banyak orang yang tidak seberuntung kita.
Seperti saudara-saudara kita di pedalaman, yang tidak seberuntung kita dalam hidupnya. Klik di sini.